come and join us

Jumat, 15 Januari 2016

" cuma baru sholat saja"


Alkisah ada seorang pemuda dgn belati terhunus di tangan masuk ke mesjid dan berteriak," Ada yang muslim tidak di sini??" Senyap. Semua terdiam ketakutan. Hanya ada seorang kakek yang menjawab, "Ya. Aku orang muslim."
Dengan belati berkilat, orang itu menuju sang kakek dan mengapit lengannya, "Bisa ikut saya keluar," katanya. Lalu mereka keluar.
Tidak berapa jauh dari mesjid, mereka berhenti di sebuah rumah. "Kek, bisa bantu kami memotong hewan kurban ini, biar sah secara Islam?" pintanya sambil menunjuk kambing yang terikat dgn seutas tali dan sedang merumput. Sang kakek mengambil belati, dan mulai mencoba memotong kambing itu. Dengan tenaganya yang lemah, ia mainkan belati itu ke leher sang kambing. Darah merah muncrat, tapi si kambing meronta dengan kuat ke sana ke mari. "Ah, aku tak cukup kuat nak, coba kau panggil yang lain di mesjid," pintanya menyerah.
Si pemuda dengan belati yang berlumuran darah kembali ke mesjid, dan berteriak, "Ada orang muslim lain lagi tidak di sini??!" Seluruh jemaah pucat basi, menyangka si pemuda pasti sudah membunuh sang kakek. Senyap. Tapi semuanya kompak memandang ke satu arah: sang Imam.
Sang Imam dengan gugup menjawab, "Untuk apa kalian semua memandang aku, hah??! Memangnya shalat dua rakaat saja sudah bikin aku muslim, apa?? !"
Catatan: kisah saya dapat dari Turki, dan saya rasa punya sentilan yang sangat dalam. Ia bukan sekedar lelucon, tapi mengingatkan kita bahwa tidak mentang-mentang kita beratribut Islam, sudah berarti kita muslim.

Kamis, 14 Januari 2016

pelajaran 1: ALLAH yang menyembuhkan...

Sejak pulang dari itikaf di masjid selama 3 hari bersama sebagian jamaah, dokter Agus menjadi pribadi yang berubah. Sedikit-sedikit bicaranya Allah, sedikit-sedikit bicaranya Rasulullah. Cara makan dan cara tidurnya pun berbeda, katanya itulah cara tidur Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Rupanya, pengalaman itikaf dan belajar di masjid betul-betul berkesan baginya.

Kisah Nyata: Yang Menyembuhkan Adalah Allah, Bukan Dokter!
Ilustrasi


Ada semangat baru. Namun beliau juga jadi lebih banyak merenung. Dia selalu teringat-ingat dengan kalimat yang dibicarakan amir jamaah. “Obat tidak dapat menyembuhkan, yang menyembuhkan adalah Allah. Obat bisa menyembuhkan berhajat kepada Allah, karena sunnatullah. Sedang Allah menyembuhkan, tidak berhajat melalui obat. Allah bisa menyembuhkan dengan obat atau bahkan tanpa obat. Yang menyembuhkan bukanlah obat, yang menyembuhkan adalah Allah.”

Dia-pun merenung, bukan hanya obat, bahkan dokter pun tidak punya upaya untuk memberi kesembuhan. Yang memberi kesembuhan adalah Allah.

Sejak itu sebelum memeriksa pasiennya, beliau selalu bertanya.

“Bapak sebelum kesini sudah ijin dulu kepada Allah?” atau “Sudah berdoa meminta kesembuhan kepada Allah?” atau “Sudah lapor dulu kepada Allah?”

Jika dijawab belum (kebanyakan memang belum), beliau meminta pasien tersebut mengambil air wudhu, dan shalat 2 rakaat di tempat yang telah disediakan.

Jika memberikan obat, beliau pun berpesan dengan kalimat yang sama. “Obat tidak bisa menyembuhkan, yang menyembuhkan adalah Allah. Namun berobat adalah sunnah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan sebagai ikhtiar dan sunnatullah, agar Allah mau menyembuhkan”.

Ajaib! banyak pasien yang sembuh.

Jika diperiksa dengan ilmu medis, peluang sehatnya hampir tidak ada, ketika diberikan terapi “Yakin” yang diberikan beliau, menjadi sehat.

Pernah ada pasien yang mengeluh sakit, beliau minta agar orang tsb untuk shalat 2 rakaat (minta ampun dan minta kesembuhan kepada Allah), ketika selesai shalat pasien tersebut langsung merasa sehat dan tidak jadi berobat. Allahu-Akbar.

Rudi, Asistennya bertanya, kenapa dia langsung sembuh?

Dr. Agus katakan, bisa jadi sumber sakitnya ada di hati, hati yang gersang karena jauh dari Allah. Efek lain adalah pasiennya pulang dalam keadaan senang dan gembira. Karena tidak hanya fisiknya yang diobati, Namun batinnya pun terobati. Hati yang sehat, membuat fisik yang kuat. Dan sebaik-baik obat hati adalah Dzikir, Al-Quran, Wudhu, Shalat, Do'a dan tawakal pada Allah.

Pernah ada pasien yang jantungnya bermasalah dan harus di operasi.

Selain “Yakin”, beliau juga mengajarkan terapi cara hidup Rasulullah. Pasien tersebut diminta mengamalkan satu sunnah saja, yaitu sunnah tidur. Sebelum tidur berwudhu, kalo bisa shalat 2 rakaat, berdoa, berdzkir, menutup aurat, posisi kanan adalah kiblat, dan tubuh miring ke kanan.

Seminggu kemudian, pasien tersebut diperiksa. Alhamdulillah, tidak perlu dilakukan operasi. Allah telah memberi kesembuhan atasnya.

Ada juga pasien yang ginjalnya bermasalah. Beliau minta agar pasien tersebut amalkan sunnah makan dan sunnah di dalam WC. Makan dengan duduk sunnah sehingga posisi tubuh otomatis membagi perut menjadi 3 (udara, makanan, dan air). Kemudian buang air kecil dengan cara duduk sunnah, menguras habis-habis kencing yang tersisa dengan berdehem 3 kali, mengurut, dan membasuhnya dengan bersih. seminggu kemudian, saat diperiksa ternyata Allah berikan kesembuhan kepada orang tersebut.

Rudi pernah sedikit protes. Sejak melibatkan Allah, pasiennya jadi jarang bolak-balik dan beresiko mengurangi pendapatan beliau.

Namun Dr. Agus katakan bahwa rezeki adalah urusan Allah. Dan beliau jawab dengan kalimat yang sama dengan redaksi yang berbeda, bahwa “Sakitnya pasien tidak dapat mendatangkan rezeki, yang memberi rezeki adalah Allah. Allah juga bisa mendatangkan rezeki tanpa melalui sakitnya pasien”.

Enam bulan berikutnya seorang pasien yang pernah sembuh karena diminta shalat oleh beliau, datang ke klinik, mengucapkan terima kasih, dan berniat mengajak dokter serta asistennya umroh bulan depan. Dr. Agus kemudian memanggil Rudi ke dalam ruangan. Sebenarnya beliau tahu bahwa Rudi ingin sekali berangkat umroh. Namun kali ini beliau ingin bertanya langsung dengannya.

“Rudi, bapak ini mengajak kita untuk umrah bulan depan, kamu bersedia?”

Rudi tidak menjawab, namun matanya berbinar, air matanya tampak mau jatuh.

“Sebelum menjawab, saya ijin sholat dulu pak”. Ucapnya lirih. Ia shalat lama sekali, sepertinya ini shalat dia yang paling khusyu'. Pelan, terdengar dia terisak-isak menangis dalam doanya.

Demikian mudah-mudahan kisah yang di bagikan membawa banyak manfaat, Silahkan di SHARE..!

Copas dari Group WA RSCM

mencangkok ..grafting

image
Mencangkok adalah salah satu kegiatan berkebun yang menyenangkan. Karena ada harapan besar kita bisa memperbanyak tanaman koleksi kita. Kelihatannya gampang, tapi tidak selalu demikian, karena seringkali gagal yang didapat
Berikut teknik mencangkok ala superbuah yang praktis dan tidak melelahkan seperti metode konvensional. Yang membedakan hanyalah bahan dan teknik pembungkusan saja.
Berikut tahapan-tahapannya :
1. Sediakan media cangkok yang bagus, yakni yang bisa menyimpan air cukup bagus dan membuat perakaran tanaman tidak rusak ketika dipindahkan ke lokasi penanaman baru. Kami sarankan cocopit (remahan sabut kelapa), moss (berbahan lumut yang dikeringkan), humus bambu, dan bahan sejenisnya yang bisa anda ekperimen sendiri
2. Bungkus bahan, dalam hal ini kami pakai cocopit, menggunakan plastik yang biasa digunakan untuk membuat ws batu menyerupai lontong.
3. Kerik tanaman yang akan dicangkok sehingga kambium benar-benar hilang. Bila perlu kerik 2 kali, yang ke 2 dilakukan ketika hasil kerikan yang pertama sudah kering sehingga mudah mengidentifikasi kalus-kalus kambium yang masih tersisa, biasanya berupa jaringan tipis berwarna keunguan. Yang keunguan ini dikerik lagi supaya kambium benar-benar hilang.
4. Sobek lontong cocopit tadi pada satu sisi dengan pisau seperti gambar di atas.
5. Rekatkan lontong tadi pada cabang yang akan dicangkok yang sudah dikerik tadi sehingga cocopit bisa menutup seluruh jaringan yang dikerik.
6. Ikat kencang-kencang sehingga tidak goyah. Tunggu sampai keluar akar, biasanya kalau bagus 3 minggu sudah mulai keluar akar tergantung jenis tanamannya juga.