come and join us

Sabtu, 27 Februari 2016

bakteri air liur anjing antarkan islam


SEORANG ilmuwan besar yang mendalami bidang bakteri berkunjung ke Mesir untuk menyekolahkan anaknya. Dan dia sendiri memperoleh pekerjaan dalam bidangnya tersebut.
Pada suatu hari dia membaca buku hadis yang berhubungan dengan masalah kesehatan. Tiba-tiba dia tidak percaya ketika membaca hadis Nabi SAW, “Jika seekor anjing menjilat perkakas rumah salah seorang diantara kalian, maka cucilah alat (tempat) itu tujuh kali, satu kali diantara yang tujuh itu dicampur dengan tanah.”
Sejenak dia berdiam menatap hadis itu. Dalam dirinya mulai timbul pertanyaan-pertanyaan yang menggoda, “Perintah mencuci tujuh kali itu memang harus dilakukan, dan merupakan kewajiban, namun mengapa Nabi masih menyuruh membasuh tempat itu satu kalinya dengan tanah? Tidakkah dengan memakai air saja sudah cukup?”
Pertanyaan itu begitu menggoda. Tanpa menunggu waktu lagi, segera dia mengambil sebuah perkakas rumah dan membiarkannya dijilati anjing. Dia lalu mencucinya dengan air tujuh kali. Meneliti dengan meneropongnya di bawah mikroskop. Dan yang terlihat adalah berjuta-juta bakteri masih melekat di tempat itu. Berarti mencuci dengan air tidaklah cukup untuk menghilangkan bakteri atau kuman-kuman penyakit anjing yang melekat di tempat itu.
Sekarang dia mencoba sekali lagi, mencuci tempat itu dengan debu. Dan setelah diteliti, ternyata, kuman-kuman telah hilang seluruhnya.
Pertanyaan yang timbul dibenaknya sekarang, “Siapa yang memberitahukan hal ini kepada Muhammad? Padahal penemuan rahasia bakteri baru diketemukan oleh Pasteur (1822-1895). Bukankah jauh sekali jarak antara Muhammad dengan Pasteur? Berarti penemuan Pasteur hanyalah mengulang penemuan lama, dimana Muhammad telah mengetahui bahwa bakteri atau kuman penyakit itu ada pada anjing. Dan dapat dihilangkan hanya dengan mempergunakan debu dan dibasuh dengan air enam kali. Siapa yang memberitahukan hakekat ilmiah ini kepada Muhammad?”
Kini dia telah menemukan jawaban dari pertanyaan itu. Nabi Muhammad mengetahui ilmu mengenai masalah tersebut tidak lain dari Allah SWT. Allah yang benar-benar menunjuk Muhammad SAW sebagai utusan-Nya. Akhirnya ilmuwan itu masuk Islam bersama puterinya yang ikut di Kairo.
Subhanallah, Allah memberikan hidayah kepada siapa pun yang Dia kehendaki dari arah mana saja. Sekalipun arah itu, merupakan hal yang sepele menurut kita. Tapi, dari situlah Allah membukakan pintu hati seorang ilmuwan tersebut hingga akhirnya ia memeluk Islam. Ia kini mengakui akan kebenaran dan keagungan Allah SWT. Ia pun menyadari bahwa Nabi Muhammad SAW itu utusan Allah SWT. [rika/islampos/darmaonlim
]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar