Memang benar, bangsa Maya tinggal di Amerika Tengah yang sekarang
ini, bekas peninggalan sejarah yang misterius berada di dalam hutan
belantara yang terpencil dan sepi, sekalipun begitu, ada beberapa orang
yang mengetahui, bahwa bangsa Maya mempunyai hubungan yang sangat erat
dengan bangsa Tiongkok dan Mongol di belahan bumi lain yang jauh.
Peninggalan batu raksasa dan karya seni bangsa Maya yang mahatinggi,
jauh melebihi kehebatan teknologi masa kini. Marilah kita lepaskan
prasangka dan persepsi yang telah telanjur tertanam, menyelami kembali
bekas kehidupan dan tempat tinggal bangsa Maya, melihat-lihat bagaimana
dan apakah sebenarnya bangsa dan kebudayaan Maya.
Proses Penemuan
Bangsa Spanyol masuk ke Amerika Selatan pada abad ke-16, dengan
status agresor mereka menjajah daratan yang asli ini. Penduduk Amerika
Tengah dan Selatan ketika itu hidup sebagai petani yang primitif, mereka
sama sekali tidak berdaya menghadapi kapal dan meriam kuat bangsa
Spanyol. Dan dengan cepat, bangsa Spanyol menyebarkan agama mereka ke
tempat tersebut, dua orang misionaris yang melihat kepercayaan takhayul
dan ilmu sihir penduduk setempat, segera membakar tempat tersebut,
mengakibatkan buku kuno yang disembunyikan semuanya terbakar musnah.
Peta Peradaban Suku Maya
Tidak disangka bahwa buku-buku tersebut adalah buku kuno yang
mencatat pusaka pengetahuan peninggalan kebudayaan bangsa Maya yang
telah lama menghilang, di dalamnya tercatat secara terperinci tingkat
ilmu pengetahuan dan budaya mereka yang mahatinggi pada masa itu.
Mungkin demikianlah takdirnya, kini para ilmuwan yang menyelidiki
kebudayaan Maya hanya bisa menggambarkan kehebatan budaya Maya saat itu
secara tambal sulam berdasarkan potongan naskah yang berhasil
dikumpulkan.
Bebatuan Raksasa di Hutan
Piramida bangsa Maya dapat dikatakan merupakan bangunan piramida
kedua yang terkenal setelah piramida di Mesir. Kedua jenis bangunan
piramida ini terlihat tidak begitu sama, warna piramida Mesir adalah
kuning keemasan, sebuah piramida bersudut empat yang berbentuk kerucut,
agak terkikis setelah berabad-abad tertiup angin dan diterpa hujan.
Piramida Maya lebih rendah sedikit, disusun dari bebatuan raksasa yang
berwarna abu-abu dan putih, tidak semuanya berbentuk kerucut, di
puncaknya ada sebuah balairung untuk memuja dewa. Di sekeliling piramida
Maya masing-masing memiliki 4 tangga, setiap tangga memiliki 91
undakan, secara total 4 buah tangga ditambah satu undakan bagian paling
atas adalah berjumlah 365 undakan (91 x 4 + 1 = 365), tepat merupakan
jumlah hari dalam satu tahun.
Bangsa Maya sangat memperhatikan ilmu perbintangan, baik di dalam maupun di luar bangunan semuanya adalah angka yang berhubungan dengan hukum peredaran benda langit. Selain jumlah undakan tangga, pada 4 bagian piramida masing-masing terdapat 52 buah relief 4 sudut, menandakan satu abad bangsa Maya adalah 52 tahun.
Observatorium astronomi bangsa Maya juga memiliki bentuk bangunan yang sangat spesifik. Dilihat dari sudut pandang masa kini, secara fungsional maupun bentuk luar observatorium bangsa Maya sangat mirip dengan observatorium masa kini, sebagai contoh misalnya menara pengamat observatorium Kainuoka, di atas teras yang indah dan sangat besar pada menara tersebut, terdapat undakan kecil bertingkat-tingkat yang menuju ke teras. Ada beberapa kemiripan dengan observatorium sekarang, juga merupakan sebuah bangunan tingkat rendah yang berbentuk tabung bundar, pada bagian atas terdapat sebuah kubah yang berbentuk setengah bola, kubah ini dalam rancangan observatorium sekarang adalah tempat untuk menjulurkan teropong astronomi. Empat buah pintu di lantai yang rendah tepat mengarah pada 4 posisi. Jendela di tempat itu membentuk 6 jalur hubungan dengan serambi muka, paling sedikit tiga di antaranya berhubungan dengan astronomi. Salah satunya berhubungan dengan musim semi (musim gugur), sedangkan dua lainnya berhubungan dengan aktivitas bulan.
Menara pengamat observatorium Kainuoka ini adalah peninggalan terbesar dalam sejarah, peninggalan sejarah yang lain juga memiliki bangunan yang serupa. Semuanya dalam posisi yang saling merapat dengan matahari dan bulan. Belakangan ini arkeolog beranggapan bahwa astronom bangsa Maya pada zaman purbakala telah membangun jaringan pengamat astronomi pada setiap wilayahnya.
Bangsa Maya sangat memperhatikan ilmu perbintangan, baik di dalam maupun di luar bangunan semuanya adalah angka yang berhubungan dengan hukum peredaran benda langit. Selain jumlah undakan tangga, pada 4 bagian piramida masing-masing terdapat 52 buah relief 4 sudut, menandakan satu abad bangsa Maya adalah 52 tahun.
Observatorium astronomi bangsa Maya juga memiliki bentuk bangunan yang sangat spesifik. Dilihat dari sudut pandang masa kini, secara fungsional maupun bentuk luar observatorium bangsa Maya sangat mirip dengan observatorium masa kini, sebagai contoh misalnya menara pengamat observatorium Kainuoka, di atas teras yang indah dan sangat besar pada menara tersebut, terdapat undakan kecil bertingkat-tingkat yang menuju ke teras. Ada beberapa kemiripan dengan observatorium sekarang, juga merupakan sebuah bangunan tingkat rendah yang berbentuk tabung bundar, pada bagian atas terdapat sebuah kubah yang berbentuk setengah bola, kubah ini dalam rancangan observatorium sekarang adalah tempat untuk menjulurkan teropong astronomi. Empat buah pintu di lantai yang rendah tepat mengarah pada 4 posisi. Jendela di tempat itu membentuk 6 jalur hubungan dengan serambi muka, paling sedikit tiga di antaranya berhubungan dengan astronomi. Salah satunya berhubungan dengan musim semi (musim gugur), sedangkan dua lainnya berhubungan dengan aktivitas bulan.
Menara pengamat observatorium Kainuoka ini adalah peninggalan terbesar dalam sejarah, peninggalan sejarah yang lain juga memiliki bangunan yang serupa. Semuanya dalam posisi yang saling merapat dengan matahari dan bulan. Belakangan ini arkeolog beranggapan bahwa astronom bangsa Maya pada zaman purbakala telah membangun jaringan pengamat astronomi pada setiap wilayahnya.
Sebuah Monumen Kuno Suku Maya
Dinilai pada masa kini, bangunan tersebut cukup menakjubkan.
Piramida Maya misalnya, bagaimanakah caranya memotong bebatuan berukuran
sangat besar, diangkut ke tempat yang jauh dalam hutan belantara,
bebatuan yang beratnya puluhan ton, ditumpuk hingga mencapai tinggi 70
meter, jika tidak ditunjang dengan alat angkut dan peralatan yang
memadai, adalah sangat sulit untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Dan
suku bangsa yang hidup dalam hutan belantara, mengapa harus mengerahkan
upaya dan tenaga sedemikian besar, membangun sebuah jaringan pengamat
observatorium? Ditilik dari sejarah, teleskop baru ditemukan pada abad
ke-16 oleh Galileo, setelah itu barulah muncul observatorium ukuran
besar, dan konsep jaringan pengamat observatorium baru muncul pada zaman
modern. Kala itu konsep yang demikian dapatlah dikatakan sangat maju
dan canggih.
Hilang Secara Misterius
Lembaran budaya cemerlang yang ditulis bangsa Maya untuk sejarah manusia, telah kita ketahui tingkat keanggunannya. Arkeolog menganggap, kebudayaan bangsa Maya semestinya secara perlahan-lahan terbentuk sejak tahun 2000 SM hingga masa tahun 250 M, setelah tahun 250 M hingga masa tahun 900 M, budaya tersebut memasuki masa keemasan, dan pada abad ke-7 dan 8, memasuki masa yang sangat makmur dan sejahtera.
Tulisan paling dini bangsa Maya muncul menjelang dan sekitar Masehi, namun batu prasasti pertama yang tergali memperlihatkan catatan yang menulis tahun 292 M. Sejak itu, tulisan bangsa Maya hanya tersebar pada areal terbatas. Dan pada tarikh Masehi setelah pertengahan abad ke-5, tulisan bangsa Maya baru secara menyeluruh tersebar ke semua kawasan Maya. Misalnya batu prasasti terakhir diselesaikan pada 869 M, dan batu prasasti terakhir di seluruh kawasan Maya diselesaikan pada 909 M.
Hilang Secara Misterius
Lembaran budaya cemerlang yang ditulis bangsa Maya untuk sejarah manusia, telah kita ketahui tingkat keanggunannya. Arkeolog menganggap, kebudayaan bangsa Maya semestinya secara perlahan-lahan terbentuk sejak tahun 2000 SM hingga masa tahun 250 M, setelah tahun 250 M hingga masa tahun 900 M, budaya tersebut memasuki masa keemasan, dan pada abad ke-7 dan 8, memasuki masa yang sangat makmur dan sejahtera.
Tulisan paling dini bangsa Maya muncul menjelang dan sekitar Masehi, namun batu prasasti pertama yang tergali memperlihatkan catatan yang menulis tahun 292 M. Sejak itu, tulisan bangsa Maya hanya tersebar pada areal terbatas. Dan pada tarikh Masehi setelah pertengahan abad ke-5, tulisan bangsa Maya baru secara menyeluruh tersebar ke semua kawasan Maya. Misalnya batu prasasti terakhir diselesaikan pada 869 M, dan batu prasasti terakhir di seluruh kawasan Maya diselesaikan pada 909 M.
Menurut data penelitian: “Suatu hari di tahun 909 M, tanpa sebab
yang jelas, 80% bangsa kuno Maya tiba-tiba saja menghilang, tidak hanya
meninggalkan kuil yang belum selesai dibangun, bahkan sejumlah besar
balairung dewa dan bangunan model raksasa semuanya ditinggalkan begitu
saja, terbenam dalam reruntuhan tembok yang roboh. Semua pusat pemujaan
juga terhenti aktivitasnya. Kemudian, sejak hari itu, kebijaksanaan
leluhur lenyap dengan sangat cepat, dan bangsa Maya yang tertinggal pun
mulai berubah menjadi buta pengetahuan dan merosot moralnya.”
Dari bukti penelitian ilmuwan ini, kita dapat memberikan penjelasan yang rasional: Setelah mengalami perkembangan budaya yang tinggi, dikarenakan perkembangan budaya materi, kehidupan bangsa Maya kuno lambat laun merosot, menuju kemerosotan moral masyarakat. Lalu sebagian yang masih disebut kebijaksanaan leluhur itu, pada kenyataannya adalah sekelompok orang yang telah jatuh merosot moralnya, mereka mendorong perkembangan hal yang tidak baik, membuat segenap masyarakat bangsa Maya kuno mengarah menuju kepunahan!
Meskipun terdapat sejumlah dokumen yang tersisa, namun sangat sulit bagi kita untuk memastikan peristiwa mengerikan apa yang sebenarnya terjadi pada tahun 909 M itu, berbagai macam versi hipotesa tentang kepunahan bangsa Maya, misalnya banjir, gempa bumi, angin topan, bencana maupun pendapat lainnya tentang wabah, keracunan massal, penyakit menular, bahkan dikatakan populasi yang membengkak, pembakaran hutan secara berulang kali untuk bercocok tanam yang mengakibatkan tanah gersang, ataupun bencana ekonomi, bahkan dikatakan invasi musuh, perang antarkota, pemberontakan kaum petani maupun masalah sosial seperti bunuh diri massal, dan pendapat lain yang tak terhitung jumlahnya. Apa pun penyebabnya sama sekali tidaklah penting, intinya adalah sejarah sekali lagi telah mempertahankan orang yang baik dan sederhana, sedangkan sebutan “buta pengetahuan dan merosot moralnya” yang digunakan untuk melukiskan keturunan bangsa Maya, hanyalah kaidah yang dilihat oleh mata manusia masa kini, sangat lugu dan baik seperti tidak berpengetahuan, tidak tahu mengejar keuntungan mendatangkan keputusasaan. Pertanyaannya adalah mengapa sejarah manusia lagi-lagi mencatat lenyapnya umat manusia yang disebut sebagai “kebijaksanaan leluhur”?
Dari bukti penelitian ilmuwan ini, kita dapat memberikan penjelasan yang rasional: Setelah mengalami perkembangan budaya yang tinggi, dikarenakan perkembangan budaya materi, kehidupan bangsa Maya kuno lambat laun merosot, menuju kemerosotan moral masyarakat. Lalu sebagian yang masih disebut kebijaksanaan leluhur itu, pada kenyataannya adalah sekelompok orang yang telah jatuh merosot moralnya, mereka mendorong perkembangan hal yang tidak baik, membuat segenap masyarakat bangsa Maya kuno mengarah menuju kepunahan!
Meskipun terdapat sejumlah dokumen yang tersisa, namun sangat sulit bagi kita untuk memastikan peristiwa mengerikan apa yang sebenarnya terjadi pada tahun 909 M itu, berbagai macam versi hipotesa tentang kepunahan bangsa Maya, misalnya banjir, gempa bumi, angin topan, bencana maupun pendapat lainnya tentang wabah, keracunan massal, penyakit menular, bahkan dikatakan populasi yang membengkak, pembakaran hutan secara berulang kali untuk bercocok tanam yang mengakibatkan tanah gersang, ataupun bencana ekonomi, bahkan dikatakan invasi musuh, perang antarkota, pemberontakan kaum petani maupun masalah sosial seperti bunuh diri massal, dan pendapat lain yang tak terhitung jumlahnya. Apa pun penyebabnya sama sekali tidaklah penting, intinya adalah sejarah sekali lagi telah mempertahankan orang yang baik dan sederhana, sedangkan sebutan “buta pengetahuan dan merosot moralnya” yang digunakan untuk melukiskan keturunan bangsa Maya, hanyalah kaidah yang dilihat oleh mata manusia masa kini, sangat lugu dan baik seperti tidak berpengetahuan, tidak tahu mengejar keuntungan mendatangkan keputusasaan. Pertanyaannya adalah mengapa sejarah manusia lagi-lagi mencatat lenyapnya umat manusia yang disebut sebagai “kebijaksanaan leluhur”?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar