Buku Kematian Hunefer
merupakan kumpulan dari naskah yang berisi tentang perjalanan manusia
menuju kehidupan manusia setelah ia mengalami kematian. Buku tersebut di
tulis oleh Hunefer pada dinasti ke-19 atau pada tahun 1300 SM. Buku Kematian Hunefer pertama kali dikembangkan di Thebes
di awal periode menengah kedua sekitar 1700 SM. Meskipun pengembangan
dilakukan pada tahun 1700 SM, Buku Kematian tersebut ternyata pernah
digunakan oleh nenek moyang bangsa Mesir pada tahun 1550 SM. Penemuan
paling awal, adalah Buku Kematian yang berada di dalam peti mati Ratu
dari dinasi ke-13 Ratu Mentuhotep.
Pada dinasti ke-19,
penggunaan dari Buku Kematian Hunefer meluas bukan hanya di kalangan
kerajaan saja, akan tetapi juga orang-orang yang bekerja di Istana. Pada
umumnya, mantra yang tertulis pada naskah tersebut, di tulis pada kain
kafan pembungkus jenazah dari sang mayat. Sebenarnya, Buku Kematian
Hunefer hanya terdiri dari beberapa text yang menjelaskan ilustrasi.
Sebagian besar dari karyanya, di awali dengan huruh "ro" yang
berarti mulut atau pidato. Dalam konteks Buku Kematian Hunefer, kata itu
dapat berarti mantra. Mantra-mantra tersebut memiliki banyak sekali
fungsi dan kegunaan bagi nenek moyang bangsa Mesir dan penggunanya,
salah satunya adalah mantra yang akan membantu orang meninggal selama
perjalanan alam kubur ke alam baka.
Buku Kematian ini adalah bagian dari tradisi menulis seperti halnya yang terdapat di piramida mesir dan peti mati yang ditulis ke dalam objek di dalamnya.
Hingga saat ini,
terdapat 192 mantra yang berhasil diungkapkan. Mantra-mantra tersebut
dibuat dengan berbagai macam tujuan dan makna. Dalam Buku Kematian, juga
terdapat mantra yang memberi pengetahuan mistik bagi orang yang telah
meninggal atau mengenalkan mereka kepada para dewa. Sebagian mantra
bertujuan untuk memastikan orang yang telah meninggal dilindungi dan
berkumpul kembali dengan keluarganya. Dan ada pula mantra yang memiliki
tujuan sebagai pelidngung bagi orang yang telah meninggal dari serangan
musuh atau menuntun mereka melalui berbagai rintangan di alam kubur.
Salah satu papirus Buku Kematian Hunefer |
Hunefer menulis dalam tulisan hieroglif atau hieratic
pada gulungan (papirus) dengan berbagai macam ilustrasi dan sketsa
orang meninggal selama perjalanan mereka menuju ke alam baka. Di duga,
beberapa orang telah mempersiapkan salinan buku tersebut untuk
kepentingan diri mereka sendiri. Tulisan yang berada dalam buku
tersebut, di baca dari kiri ke kanan atau kanan ke kiri, tergantung ke
arah mana kepala binatang yang terdapat pada buku tersebut mengarah.
Setiap lembar papirus
Buku Kematian bertuliskan huruf-huruf yang biasa ada pada naskah atau
buku Mesir yang sebelumnya pernah ditemukan. Terdapat pula tanda ankh,
paru elang Horus, dan kepala Anubis. Tidak semua gambar ilustrasi yang
terdapat pada papirus Buku Kematian dapat dengan mudah diartikan.
Isi dari Buku Kematian Hunefer Memiliki Beberapa Tahap untuk Menuju Ke Surga dan Mantra-mantra yang Berguna Mempermudah si Arwah dalam Perjalanan tersebut.
Perjalanan kematian yang
tertera pada Buku Kematian salah satunya di ilustrasikan menggunakan
gambar timbangan yang sedang menimbang Jantung seseorang. Ilustrasi
tersebut mengandung arti apabila Jantung tersebut lulus dari ujian, maka
perjalanan selanjutnya akan terbuka lebar dan mudah untuk dilalui.
Begitu juga dengan sebaliknya, apabila Jantung tersebut tidak lolos
ujian, maka arwah dari pemilik Jantung akan menghadapi sesosok makhluk
menyeramkan yang di sebut sebagai "Pelahap". Ilustrasi dari sosok
"pelahap" tersebut, di gambarkan menyerupai seekor Buaya bertubuh singa
dan kaki belakang seperti kudanil yang akan melahap bagian demi bagian
tubuh arwah.
Tahap Perjalanan Setelah Kematian Hunefer |
Setelah arwah berhasil
melalui tahap tersebut, perjalanan selanjutnya adalah sebuah papan
permainan yang disebut Senet yang memiliki bentuk gabungan antara papan
catur dengan Backgammon. Papan tersebut merupakan kiasan dari perjalanan
seseorang menuju surga. Kemudian, ritual pembukaan mulut yang konon
menggunakan seperangkat alat yang ikut dikubur bersama jenazah. Salah
satu bagian penting dari perjalanan tersebut adalah saat arwah harus
menghadapi 42 hakim secara terpisah dan menyebutkan nama mereka satu
persatu dengan suara lantang. Dan hal inilah yang membuat Buku Kematian
berguna bagi seseorang sebelum ia meninggal, karena dengan Buku Kematian
tersebut berisi daftar-daftar nama hakim secara berurutan yang dapat
menolong si arwah.
Apabila dari semua tahap
di atas si arwah mengalami kegagalan, maka akan ditolong dengan mantra
yang berfungsi untuk menutup semua dosa sehingga para dewa atau
penghakim tidak dapat melihatnya. Dari situlah si arwah dapat
menyelesaikan misi mereka untuk masuk ke dalam Surga. Berdasarkan
kepercayaan Nenek Moyang Bangsa Mesir, surga di gambarkan memiliki air
seperti yang ada pada sungai nil saat masa panen dan penuh dengan
ilalang. Makanan dan minuman juga mudah didapatkan serta para arwah yang
berhasil masuk surga akan berkumpul kembali dengan arwah para
leluhurnya.
Itulah kehidupan setelah
seseorang mengalami kematian versi Nenek Moyang Bangsa Mesir yang
mereka tuangkan kedalam sebuah naskah atau gulungan atau papirus.
Sejatinya setiap makluk hidup akan mengalami kematian, dan dari kematian
tersebut semua yang kita lakukan di Dunia ini akan dimintai pertanggung
jawaban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar